BONTANG – Sejumlah organisasi masyarakat (ormas) di Kota Bontang mendatangi area pemakaman Muslim Bontang Kuala, Rabu (7/5/2025), untuk menyampaikan aspirasi mendesak kepada pemerintah.
Mereka menyoroti kondisi lahan pemakaman yang sudah penuh dan meminta Pemkat Bontang segera membebaskan lahan baru.
Aksi ini diinisiasi oleh berbagai unsur masyarakat dan tokoh adat yang menyuarakan kekhawatiran atas minimnya ruang pemakaman, terutama di kawasan padat Bontang Kuala.

Johan Salatif, pengurus Kerukunan Keluarga Besar Asli Bontang (KKBAB), sekaligus Wakil Sekretaris Lembaga Adat Kota Bontang menegaskan, pemakaman yang ada sudah tidak memungkinkan lagi digunakan.
“Kami minta Pemkot segera membebaskan lahan di belakang STM Negeri. Kuburan di sini sudah tidak bisa menampung lagi. Ini soal rumah masa depan kami, jangan diabaikan. Aspirasi ini sudah pernah kami sampaikan sejak periode DPRD sebelumnya, tapi belum ada tindak lanjut,” katanya.
Senada, Sahrinsa, tokoh masyarakat Bontang, dewan penasihat ormas, sekaligus Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen Borneo Cabang Bontang, mengaku prihatin.
Ia menekankan bahwa kebutuhan lahan makam adalah kebutuhan pokok yang tidak bisa ditunda.
“Saya sangat kecewa. Lahan kubur itu kebutuhan primer. Pemerintah harus segera realisasikan. Anggaran kota ini besar, masa untuk lahan pemakaman saja tak bisa disisihkan? Ini bukan sekadar tempat, ini hak setiap warga,” bebernya tegas.
Samsudin Mas’ud dari Kerukunan Warga Bajo Bontang juga mendesak pemerintah segera mengambil langkah cepat.
“Seharusnya pemerintah bertindak cepat. Jangan tunggu sampai warga bingung menguburkan keluarganya,” pintahnya.
Sementara itu, Rudy Mirsa Nur dari Pasukan Merah Bontang menyebut isu pemakaman ini sebagai pekerjaan rumah besar yang tak boleh dibiarkan berlarut-larut.
“Pemkot harus segera cari lahan matang pengganti. Jangan sampai warga kesulitan saat ada yang wafat. Ini hal yang sangat urgen,” bebernya.
Sahrul, Ketua Umum Perkumpulan Pemuda Kalimantan Kaltim, menilai situasi saat ini sangat memprihatinkan. Bahkan ia menyebut ada kuburan lama yang terpaksa dibongkar demi menyediakan ruang baru.
“Di Bontang Kuala ini sangat riskan. Jangan sampai ada penguburan tumpang tindih lagi. Ini menyangkut harga diri dan kemanusiaan,” tegasnya.
Darmawi, Ketua Lembaga Adat Kutai Guntung, menyoroti kepadatan kawasan Bontang Kuala yang dinilai tidak layak lagi dijadikan area pemakaman.
“Lahan di sini sudah terlalu padat. Untuk jangka panjang, jelas butuh lahan baru,” tegasnya.
Terkhir, Samsudin, tokoh masyarakat sekaligus pendiri KKBAB dan Forum Putra Putri Kelahiran Bontang, menutup pernyataan para tokoh dengan penekanan pada urgensi jangka panjang.
“Ini demi masa depan, demi generasi mendatang juga. Masalah pemakaman jangan disepelekan. Jangan tunggu masalah ini jadi krisis,” pungkasnya. (**/A)