JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan nilai garis kemiskinan nasional pada September 2024 lalu.
Berdasarkan rilis terbaru, dikutip Sabtu 26 Juli 2025, angka garis kemiskinan (GK) kini berada di angka Rp 595.242 per kapita per bulan, meningkat 2,11% dibandingkan Maret 2024 yang tercatat sebesar Rp 582.932.
Garis kemiskinan digunakan sebagai indikator resmi untuk menentukan apakah seseorang atau kelompok penduduk tergolong miskin.
BPS mendefinisikan garis kemiskinan sebagai batas minimum pengeluaran yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non-makanan yang layak.
Jika pengeluaran seseorang berada di bawah batas ini, maka ia dikategorikan sebagai penduduk miskin.
Pengeluaran memang menjadi acuan utama dalam pengelompokan kelas ekonomi masyarakat.
Namun selain pengeluaran, terdapat sejumlah indikator lain yang dapat mencerminkan posisi ekonomi seseorang, terutama dalam mengidentifikasi apakah seseorang berada dalam kelas menengah bawah atau kelas bawah.
Mengutip laporan GoBankingRates, berikut adalah lima indikator utama yang mencerminkan status ekonomi kelas bawah:
1. Jenis Pekerjaan
Pekerjaan menjadi tolok ukur awal dalam klasifikasi ekonomi. Pekerja di sektor kerah biru seperti sopir truk, pelayan restoran, pegawai ritel, hingga petugas kebersihan umumnya berada pada posisi ekonomi bawah.
Posisi kerja yang membutuhkan keahlian rendah atau bersifat sementara dengan upah minim juga memperkuat klasifikasi tersebut.
Sebaliknya, profesi dengan jabatan manajerial atau keahlian khusus seperti IT, akuntan, atau tenaga kesehatan berpotensi menempatkan seseorang dalam kelas menengah, tergantung pada tingkat pendidikan dan pengalaman.
2. Tempat Tinggal
Kemampuan untuk tinggal di hunian yang layak dan aman mencerminkan stabilitas ekonomi. Jika kesulitan mengakses tempat tinggal dengan fasilitas dasar yang memadai, hal ini bisa menjadi indikasi kuat bahwa seseorang termasuk dalam kelas ekonomi bawah.
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan tinggi menjadi kunci mobilitas ekonomi. Kepemilikan gelar sarjana biasanya menunjukkan afiliasi dengan kelas menengah. Sebaliknya, akses terbatas terhadap pendidikan tinggi akibat kendala biaya merupakan ciri khas dari kelompok ekonomi bawah.
4. Tabungan dan Investasi
Ketersediaan dana darurat, tabungan jangka panjang, atau portofolio investasi menjadi pembeda antara kelas menengah dan bawah.
Ketidakmampuan membangun cadangan keuangan menunjukkan rapuhnya kondisi ekonomi dan sering kali menjadi ciri utama kelompok ekonomi terbawah.
5. Gaya Hidup dan Konsumsi
Kemampuan untuk sesekali menikmati liburan, makan di luar, atau membeli barang konsumsi tanpa tekanan finansial mencerminkan adanya ruang dalam anggaran.
Jika hal-hal tersebut terasa di luar jangkauan karena keterbatasan penghasilan, itu mengindikasikan posisi ekonomi kelas bawah.
Kenaikan garis kemiskinan ini menjadi cerminan meningkatnya kebutuhan hidup minimum masyarakat.
Dalam situasi ekonomi yang semakin menantang, indikator-indikator ini penting untuk memahami struktur sosial ekonomi Indonesia secara lebih holistik.(*/Whd)

















