JAKARTA – Persaingan antara manusia dan mesin semakin nyata di dunia medis. Dalam gelaran World Artificial Intelligence Conference (WAIC) di Shanghai, enam radiolog terbaik dari Rumah Sakit Zhongshan beradu cepat dan akurat dengan kecerdasan buatan (AI) dalam mendiagnosis penyakit dari gambar rontgen dada. Rabu, 30 Juli 2025.
Kompetisi dibagi menjadi dua tim, “Kelompok Kolaborasi AI” yang didampingi sistem kecerdasan buatan, dan “Kelompok Manual” yang sepenuhnya mengandalkan keahlian manusia.
Masing-masing tim diberikan serangkaian kasus yang sama untuk diidentifikasi dan dianalisis secara langsung.
Hasilnya mencengangkan. Meski AI unggul dalam kecepatan, sejumlah diagnosis penting justru luput dari pengamatannya.
Sebaliknya, tim manusia berhasil menangkap detail kritis yang terlewat oleh sistem, sekaligus menghasilkan laporan yang dinilai lebih koheren dan empatik.
“Saya melihat sendiri bagaimana dokter senior menyusun laporan dengan struktur yang logis dan nada yang hangat,” ujar Wang Yi, Direktur Departemen Radiologi di Rumah Sakit Rakyat Universitas Peking, seperti dilansir Euronews.
Ia menyoroti laporan AI cenderung mencantumkan poin-poin secara terpisah tanpa alur naratif yang jelas.
Senada dengan itu, Zeng Mengsu, Direktur Radiologi di Rumah Sakit Zhongshan, menilai kecepatan AI memang tak tertandingi, namun kualitas emosional dari laporan buatan manusia tetap tak tergantikan.
“Akurasi AI dan manusia hampir sebanding, tapi kelompok manusia lebih terasa hangat dan menyentuh,” tuturnya.
Kompetisi ini digelar di tengah lonjakan pemanfaatan AI dalam dunia medis.
Microsoft, misalnya, baru-baru ini mengklaim perangkat AI terbarunya mampu melampaui dokter dalam menganalisis kasus medis kompleks.
Meski belum menjadi pengganti tenaga medis, kecerdasan buatan dipercaya dapat mempercepat proses diagnosis sekaligus meningkatkan akurasi dan personalisasi layanan kesehatan.(*/Whd)