SANGATTA – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) semakin serius mempercepat penanganan penyakit menular, khususnya malaria dan HIV/AIDS.
Pemerintah daerah mematok sasaran ambisius: malaria tuntas pada 2027 dan HIV terkendali pada 2030.
Langkah ini dinilai krusial mengingat risiko penularan masih tinggi di wilayah pedalaman, area tambang, serta sentra perkebunan.
Kepala Dinas Kesehatan Kutim, Sumarno, menjelaskan pihaknya kini menajamkan pemantauan kasus malaria dengan sistem pelacakan aktif hingga ke kampung-kampung yang masih tergolong endemis.
“Kami tidak menunggu laporan. Petugas langsung turun ke lapangan untuk menemukan kasus sedini mungkin dan memastikan penanganan dilakukan dalam hitungan jam, bukan hari,” ucapnya belum lama ini.
Selain pemetaan wilayah rawan, penyemprotan fokus dan distribusi kelambu berinsektisida terus diperluas.
Perusahaan tambang serta perkebunan juga dilibatkan untuk memastikan area kerja mereka bebas dari risiko penyebaran.
“Perusahaan punya peran besar. Kalau lingkungan kerjanya aman dari malaria, otomatis masyarakat di sekitar juga terlindungi,” tambah Sumarno.
Sementara itu, percepatan pengendalian HIV/AIDS dilakukan melalui perluasan layanan di seluruh puskesmas.
Warga kini dapat melakukan tes HIV, konseling, hingga kontrol terapi secara rutin tanpa harus pergi ke rumah sakit.
Pasokan obat ARV juga dijaga agar tidak terputus. Kampanye edukasi dilakukan lewat sekolah, organisasi pemuda, hingga kelompok masyarakat.
“Yang terpenting adalah kesadaran. Pemeriksaan itu sederhana, dan penanganan bisa berhasil kalau pasien rutin minum obat,” jelasnya.
Sumarno menegaskan bahwa keberhasilan program kesehatan menular tidak bisa dicapai oleh pemerintah saja.
“Kalau masyarakat ikut bergerak, hasilnya akan jauh lebih cepat terlihat,” katanya.
Dengan berbagai upaya tersebut, Pemkab Kutai Timur optimistis dapat terus menunjukkan kemajuan dalam mewujudkan target Indonesia Sehat 2045.
“Kita optimis untuk mencapai Indonesia Sehat 2045,” pungkasnya. (ADV)


















