SANGATTA – Warga Kutai Timur tak perlu lagi khawatir soal obat kosong di puskesmas.
Dinas Kesehatan Kutim kini menerapkan sistem pengadaan obat terpusat yang diklaim membuat distribusi lebih rapi, cepat, dan transparan.
Kepala Dinas Kesehatan Kutim, Sumarno, menyebut sejak 2024 seluruh proses pengadaan obat dialihkan ke Gudang Farmasi Daerah (GFD).
Puskesmas tidak lagi belanja sendiri, melainkan wajib menyusun RKO dan RUK sebagai dasar penetapan stok.
“Sekarang semua satu pintu. Lebih gampang dipantau dan jauh lebih efisien. Stok kabupaten bisa terlihat jelas, jadi distribusinya bisa kami atur lebih tepat,” ujar Sumarno kepada wartawan, belum lama ini.
Distribusi obat juga kini dibuat jadwal rutin setiap tiga bulan, dengan pola pengiriman disesuaikan kebutuhan masing-masing puskesmas.
Dinkes Kutim bahkan sudah memakai pelaporan digital real time, sehingga kondisi stok di lapangan langsung terbaca.
“Begitu ada laporan stok kritis, GFD langsung kirim tambahan. Semua tercatat, jadi pengawasan jauh lebih mudah,” tambahnya.
Sumarno menegaskan, sistem ini bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga memastikan tak ada masyarakat yang tertunda berobat gara-gara obat habis.
Kebijakan pengadaan terpusat ini menjadi bagian dari reformasi logistik kesehatan Kutai Timur yang menargetkan pemerataan layanan, termasuk wilayah pedalaman yang aksesnya sulit.
“Layanan ini bagian dari pemerataan termasuk wilayah pedalaman yang aksesnya sulit,” pungkasnya. (ADV)


















