CUITANKALTIM.COM – Kekhawatiran publik soal bahaya merebus ulang air di ketel listrik terus mencuat.
Banyak yang percaya bahwa air yang dipanaskan lebih dari satu kali bisa memicu penumpukan zat berbahaya seperti arsenik.
Kemudian, nitrat, atau fluoride dan oleh karena itu, ketel sebaiknya dikosongkan setiap kali digunakan. Namun benarkah anggapan ini?
Faisal Hai, Profesor dan Kepala Sekolah Teknik Sipil, Pertambangan, Lingkungan, dan Arsitektur di University of Wollongong, Australia, menegaskan bahwa klaim tersebut tidak memiliki dasar ilmiah.
Dalam tulisannya di The Conversation, ia menjelaskan bahwa merebus air beberapa kali tidak serta-merta membuatnya beracun, selama sumber air yang digunakan masih memenuhi standar air minum yang berlaku.
“Selama air yang digunakan masih sesuai dengan pedoman air minum, Anda tidak bisa benar-benar meningkatkan kadar zat berbahaya hanya dengan perebusan ulang di ketel,” ujar Faisal, Dikutip dari CNN Indonesia, Minggu (20/7/2025).
Air Aman, Ketel Aman
Faisal mencontohkan air keran dari wilayah Illawarra, Australia, yang kualitasnya tergolong sangat baik, dengan kadar logam berat sangat rendah, kandungan fluorida sesuai standar kesehatan gigi, dan sifat air yang “lunak” dengan total kekerasan di bawah 40 mg/liter.
Ia menyebut, meskipun air tersebut direbus ulang beberapa kali, kandungan zat-zat di dalamnya tidak akan meningkat secara signifikan.
Bahkan bila terjadi sedikit penguapan saat air mendidih, peningkatan konsentrasi senyawa seperti fluorida atau logam berat tidak akan mendekati ambang batas berbahaya.
Untuk mencapai tingkat timbal yang membahayakan, air harus diuapkan dari 20 liter menjadi hanya satu cangkir, hal yang secara praktis tidak mungkin terjadi, apalagi mengingat ketel listrik modern otomatis mati saat air mendidih.
Tak Menyebabkan Risiko Kesehatan
Meskipun proses perebusan menyebabkan hilangnya sebagian oksigen terlarut dan senyawa organik volatil, senyawa anorganik seperti garam dan logam tetap stabil.
Konsentrasi zat tersebut memang bisa sedikit meningkat akibat penguapan, namun jauh dari level yang mengancam kesehatan.
Faisal mencontohkan, bila seseorang merebus satu liter air dengan kandungan fluorida 1 mg/liter dan menggunakannya dua kali untuk menyeduh teh, maka kandungan fluorida dalam kedua cangkir hanya berbeda sedikit—0,20 mg pada cangkir pertama dan 0,23 mg pada cangkir kedua.
“Peningkatan ini tidak signifikan dan tidak berdampak pada kesehatan,” tegasnya.
Perubahan Rasa Bisa Terjadi, Tapi Bukan Masalah Kesehatan
Jika ada yang merasa air rebusan kedua atau ketiga terasa berbeda, itu bukan karena kandungan beracun, melainkan karena hilangnya oksigen terlarut atau perubahan ringan pada mineral. Hal ini lebih terkait dengan preferensi rasa dibanding ancaman medis. (*/Wahdi)