JAKARTA – Fenomena warga kesulitan membayar cicilan kendaraan bermotor kian terasa dampaknya. Kondisi ini membuat sejumlah perusahaan pembiayaan atau leasing menahan laju penyaluran Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), akibat meningkatnya risiko kredit macet di tengah perlambatan ekonomi.
Pemilik showroom mobil bekas Focus Motor Group, Agustinus, mengungkapkan dirinya telah berkomunikasi dengan salah satu perusahaan leasing besar. Dalam percakapan tersebut, pihak leasing mengakui bahwa banyak angsuran kendaraan kini macet, bahkan sejak awal masa kredit.
“Saya tanya kenapa leasing sebesar ini ngerem? Mereka bilang sekarang banyak yang angsurannya macet. Artinya, secara internal mereka melihat tren buruk ke depan,” ujar Agustinus, dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (4/8).
Ia menyebut, jika sebelumnya kredit bermasalah hanya terjadi pada konsumen baru, kini bahkan cicilan di bulan pertama hingga kedua sudah gagal dibayar. Menurutnya, fenomena ini terjadi karena sebagian masyarakat memaksakan membeli kendaraan di tengah kondisi ekonomi pribadi yang belum stabil.
“Kalau orang sudah dua tahun kredit lalu tiba-tiba macet, itu mungkin karena kena PHK atau usahanya drop. Tapi sekarang, baru jalan satu-dua bulan, udah macet. Artinya memang secara kemampuan ekonomi mereka tidak siap,” ungkapnya.
Kondisi ini selaras dengan data penurunan penjualan kendaraan bermotor yang sempat disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani pada awal tahun 2025. Ia mencatat, penjualan mobil baru turun 18,8 persen secara tahunan (year-on-year), sementara penjualan motor ikut turun 2,9 persen.
Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pun menguatkan tren penurunan tersebut. Sepanjang Januari hingga Juni 2025, penjualan ritel (langsung ke konsumen) hanya mencapai 90.467 unit, turun 9,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, distribusi dari pabrikan ke dealer (wholesales) menyusut 8,6 persen, dari 410.020 unit pada Januari–Juni 2024 menjadi 374.740 unit di periode yang sama tahun ini.
Penurunan paling signifikan terjadi pada bulan Juni 2025. Penjualan ritel hanya mencapai 61.647 unit, jauh di bawah capaian 70.290 unit pada Juni 2024. Dari sisi wholesales, penurunan mencapai 22,6 persen, dari 74.618 unit menjadi 57.760 unit.
Secara bulanan, penurunan pun terlihat. Penjualan wholesales pada Mei 2025 yang sempat menyentuh angka 60.612 unit kini merosot ke 57.760 unit di bulan Juni. Penjualan ritel pun hanya mengalami peningkatan tipis, naik 340 unit dibanding bulan sebelumnya. (*/Whd)