SANGATTA – Upaya peningkatan kualitas pendidikan tinggi di Kutai Timur mendapatkan penekanan khusus dari Bupati dan Wakil Bupati, Mahyunadi.
Dalam visinya, kemajuan sektor ini harus ditopang oleh dua pilar utama: peningkatan aksesibilitas melalui program beasiswa dan perbaikan mendasar terhadap infrastruktur kampus, yang menjadi fokus perhatiannya pada kondisi STIPER dan STAIS Sangatta.
Dengan nada prihatin, Wabup Mahyunadi mengungkapkan hasil pengamatannya terhadap kondisi fisik kedua perguruan tinggi tersebut.
Dia menyampaikan kritiknya dengan metafora yang kuat untuk mendeskripsikan keadaan STIPER.
“Kita akan maksimalkan Sumber Daya Manusia, kita lihat STIPER Kutai Timur seperti pepatah hidup segan mati tak mau. Walaupun banyak mahasiswanya, tapi kondisi gedungnya memprihatinkan. STAIS juga demikian,” ujarnya penuh simpati, Kamis 13 November 2025.
Ungkapan ini menyoroti sebuah paradoks: di satu sisi, institusi pendidikan tersebut masih dibutuhkan oleh masyarakat, terbukti dengan tingginya jumlah mahasiswa.
Namun di sisi lain, kondisi sarana fisiknya tidak mendukung terciptanya atmosfer akademik yang ideal dan bermartabat. Kondisi “memprihatinkan” pada gedung-gedung tersebut dinilai dapat mempengaruhi semangat belajar mengajar dan bahkan citra pendidikan tinggi di Kutim secara keseluruhan.
Menyikapi hal ini, Wabup Mahyunadi menegaskan bahwa kualitas pendidikan tidak bisa hanya mengandalkan tingginya animo masyarakat.
Dirinya menekankan perlunya perhatian serius dari berbagai pihak agar kualitas pendidikan di Kutim tidak hanya bergantung pada jumlah mahasiswa, tetapi juga pada dukungan fasilitas yang memadai.
Pernyataan ini merupakan sebuah ajakan untuk semua pemangku kepentingan agar bergerak bersama mengatasi masalah ini.
Ia kemudian menempatkan pendidikan dalam kerangka yang lebih makro, bukan sebagai pengeluaran rutin, melainkan sebagai sebuah penanaman modal untuk masa depan.
Menurutnya, investasi pada pendidikan adalah investasi jangka panjang yang akan menentukan arah pembangunan daerah.
Artinya, kualitas SDM yang dihasilkan dari kampus-kampus ini akan secara langsung mempengaruhi daya saing dan arah pembangunan Kutai Timur di masa yang akan datang.
Sebagai roadmap untuk perbaikan, Wabup Mahyunadi kemudian merinci pendekatan ganda yang harus segera diimplementasikan.
Dia menekankan bahwa komitmen harus diwujudkan dalam aksi nyata yang menyeluruh.
“Jadi kita mesti serius, selagi kita menciptakan stimulus beasiswa kita juga perlu memaksimalkan infrastruktur yang ada, membangun gedung-gedungnya, bagaimanapun caranya,” jelas Mahyunadi dengan optimis.
Strategi ini menunjukkan bahwa pemerintah ingin menangani masalah dari kedua ujung.
“Stimulus beasiswa” ditujukan untuk memastikan bahwa anak-anak Kutim yang berkualitas tidak terhambat oleh masalah finansial, sementara “memaksimalkan infrastruktur” dan “membangun gedung-gedung” adalah jawaban atas kondisi memprihatinkan yang ia saksikan langsung.
Tekadnya yang bulat tercermin dari pernyataan “bagaimanapun caranya”, yang menandai bahwa isu ini adalah prioritas yang harus diselesaikan dengan segala upaya.
Untuk memastikan keberlanjutan program ini, pemerintah daerah akan memperkuat kemitraan dengan pihak kampus dan lembaga terkait, membangun sebuah ekosistem pendidikan yang kondusif untuk mencetak lulusan unggul yang siap berkontribusi aktif memajukan daerahnya.
“Pasti kita akan kerja sama dengan kampus kedepanya,” pungkasnya. (ADV)


















