SANGATTA – Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mencatat kemajuan signifikan dalam menekan stunting.
Survei Kesehatan Daerah 2025 mencatat angka stunting turun menjadi 13,8 persen, dari 21 persen pada 2022.
Angka ini menjadikan Kutim salah satu daerah dengan penurunan tercepat di Kalimantan Timur.
Kepala Dinas Kesehatan Kutim, Sumarno, menekankan bahwa kunci keberhasilan bukan hanya pada program kesehatan, tetapi juga peran aktif keluarga dan masyarakat.
“Kita tidak bisa melawan stunting sendirian. Peran orang tua, kader posyandu, guru, dan pemerintah desa sama pentingnya,” ujarnya belum lama ini.
Intervensi difokuskan sejak 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), periode krusial sejak kehamilan hingga anak berusia dua tahun.
Ibu hamil mendapat pemantauan rutin, suplementasi zat besi, dan makanan tambahan.
Anak balita juga mendapat perhatian gizi dan pemantauan tumbuh kembang di posyandu.
Selain itu, Kutim menjalankan program Gerakan Remaja Sehat Bebas Anemia untuk meningkatkan gizi remaja putri.
Program ini dianggap strategis untuk memutus rantai stunting dari generasi muda.
“Kalau remaja putri sehat, anak mereka nanti juga berpeluang tumbuh sehat,” kata Sumarno.
Pemerintah Kutim bertekad mempertahankan angka ini. Edukasi keluarga, pemantauan rutin, dan konsistensi program lintas sektor menjadi kunci agar penurunan stunting berkelanjutan.
Bagi Sumarno, pencapaian ini bukan sekadar angka statistik.
“Ini tentang masa depan anak-anak Kutim. Jika mereka sehat dan cerdas, Kutim punya generasi emas,” tuturnya. (ADV)


















