SANGATTA – Kabupaten Kutai Timur (Kutim) terus memantapkan diri sebagai daerah yang progresif dalam reformasi pendidikan daerah.
Melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud), pemerintah setempat kini menerapkan pendekatan terpadu yang menggabungkan pembangunan infrastruktur pendidikan, akurasi data, dan pelestarian budaya sebagai satu kesatuan strategi pembangunan jangka panjang.
Kepala Disdikbud Kutim, Mulyono, menyebut bahwa paradigma pembangunan pendidikan di daerahnya telah mengalami perubahan signifikan.
Dia menekankan bahwa keberhasilan pendidikan tidak lagi dinilai dari banyaknya gedung sekolah yang berdiri, melainkan dari seberapa efektif tata kelola pendidikan dijalankan dan seberapa relevan pendidikan tersebut dengan realitas sosial budaya masyarakat.
“Pendidikan harus bergerak serempak dengan data yang benar dan kebudayaan yang tetap hidup,” terangnya.
Pemerintah daerah terus memperkuat sektor infrastruktur, seperti pembangunan ruang kelas baru, rehabilitasi bangunan yang rusak, serta perluasan sekolah filial di kawasan terpencil.
Upaya ini dilakukan untuk memastikan akses pendidikan yang merata, terutama bagi wilayah yang jauh dari pusat layanan pendidikan. Peningkatan fisik itu juga diiringi reformasi tata kelola berupa verifikasi data pendidikan secara mandiri.
Program tersebut membuat Kutim dikenal sebagai salah satu daerah yang berani mengambil langkah korektif untuk memastikan data pendidikan lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Di sisi lain, bidang kebudayaan turut menjadi fokus penting. Beragam kegiatan seperti festival literasi, pentas seni pelajar, pelatihan guru berbasis kearifan lokal, hingga penguatan budaya daerah di sekolah dilaksanakan untuk membangun karakter peserta didik.
Pendekatan ini menekankan bahwa pendidikan tidak hanya berfungsi meningkatkan kemampuan akademik, tetapi juga membentuk identitas dan rasa bangga terhadap budaya Kutai Timur.
Mulyono menegaskan integrasi infrastruktur, data, dan kebudayaan merupakan strategi besar untuk membentuk manusia Kutim yang cerdas, berkarakter, dan berakar pada nilai lokal.
“Ketika tiga elemen ini bergerak bersamaan, pendidikan kita tidak hanya menghasilkan lulusan, tetapi membangun peradaban,” tutupnya. (ADV)

















