SANGATTA – Kabupaten Kutai Timur (Kutim) kembali mencuri perhatian setelah dinilai berhasil melakukan pemutakhiran data pendidikan dengan cara yang lebih cepat dan terstruktur.
Daerah ini memilih melakukan pendataan sendiri tanpa menunggu pembaruan pusat demi memastikan data siswa, guru, hingga kondisi sekolah benar-benar sesuai kenyataan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutim, Mulyono, mengungkapkan, langkah tersebut diambil karena banyak temuan di lapangan yang tidak cocok dengan data nasional, terutama terkait jumlah Anak Tidak Sekolah (ATS).
“Masih ada data yang tidak akurat. Ada anak yang sebenarnya sudah bersekolah tetapi tercatat tidak sekolah dalam sistem,” jelasnya belum lama ini.
Untuk merapikan data tersebut, Disdikbud Kutim membentuk tim pengecekan lapangan dengan menggandeng berbagai unsur, mulai dari RT, kader PKK, Disdukcapil, sampai jajaran Puskesmas.
Tim ini mendatangi rumah warga dan memverifikasi satu per satu informasi yang dibutuhkan.
“Kami ingin data ini mencerminkan kondisi nyata, bukan hanya laporan di atas kertas,” tegas Mulyono.
Hasil pengecekan mandiri itu kemudian diterima secara resmi oleh Kemendikbudristek sebagai bahan pembaruan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Kutai Timur.
Cara kerja cepat dan responsif ini dinilai mampu mendukung sinkronisasi data nasional serta meningkatkan kualitas perencanaan pendidikan daerah.
Atas pencapaian tersebut, Kutim mulai dipandang sebagai salah satu daerah yang berhasil menerapkan tata kelola data secara baik dan bertanggung jawab.
Mulyono menekankan bahwa keakuratan data akan memengaruhi jalannya kebijakan pendidikan.
“Jika dasarnya salah, kebijakan ikut melenceng. Karena itu kami pastikan semua data benar-benar valid,” pungkasnya. (ADV)


















