JAKARTA – Penelitian terkini di Texas menemukan bahwa kadar arsenik dalam air di bawah batas regulasi 10 bagian per miliar (ppb), dapat berakibat fatal pada kesehatan termasuk resiko terkena kanker ginjal.
Para peneliti dari Texas A&M University School of Public Health meneliti keterkaitan antara kadar arsenik dalam air minum dan tingkat kanker ginjal dengan mengambil sampel di 240 wilayah di Texas.
Di daerah ini air tanah secara alami memiliki kandungan arsenik hal serupa terjadi di daerah lainnya.
Berdasarkan data medical Daily, kanker ginjal merupakan penyakit kanker menempati urutan ketujuh yang paling umum terjadi di Amerika Serikat.
Pada tahun 2017 hingga 2021 angka kejadian telah di sesuaikan menurut usia sebesar 17,2 per 100 ribu orang.
Jenis kelamin laki-laki merupakan salah satu faktor meningkatnya resiko kanker ginjal. Selain itu, faktor lainnya adalah individu yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini serta etnis Afrika-Amerika.
Tak hanya itu, kebiasaan seperti Komsumsi alkohol, merokok, dan obesitas, serta kondisi kesehatan seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit ginjal lanjut juga merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko.
Berdasarkan studi, paparan bahan kimia seperti teichloroethylene dapat meningkatkan risiko kanker ginjal.
Risiko kanker mengalami peningkatan sebesar 4 persen untuk setiap dua kali lipat kadar arsenik didasarkan adanya hubungan dosis-respons antara risiko kanker ginjal dan kadar arsenik dalam air minum.
Para ilmuan juga menemukan bahwa paparan dengan kadar sedang (1-5 ppb) dapat meningkatkan resiko sebesar 6 persen dan tinggi (>5 ppb) sebesar 22 persen.
Di kutip dari SENTANINEW (4/8). “Beberapa sistem air publik dikelola dengan buruk sehingga dapat mengekspos pelanggan terhadap arsenik, tetapi 40 juta orang di Amerika Serikat yang mengandalkan sumur pribadi sangat rentan,” kata Taehyun Roh, dari Departemen Epidemiologi dan Biostatistik yang terlibat dalam studi tersebut.
Lebih lanjut ia menyampaikan “Studi ini menunjukkan bahwa bahkan paparan arsenik dalam kadar rendah di air minum dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker ginjal, yang sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menghubungkan paparan ini dengan kanker paru-paru, kandung kemih, dan kulit,” tambah Roh.
Peneliti menekankan bahwa studi ini hanya menunjukkan Hubungan antar faktor bukan membuktikan sebab akibat.
Mereka menegaskan perlu adanya penelitian lanjutan untuk menilai pengaruh faktor lain seperti riwayat keluarga dengan kanker ginjal, gaya hidup dan sumber paparan arsenik lainnya.
Berdasarkan temuan ini, para peneliti menekankan adanya regulasi yang lebih ketat serta intervensi kesehatan masyarakat yang terarah.(*/T)

















