CUITANKALTIM.COM – Olahraga lari kerap menjadi pilihan utama bagi banyak orang untuk menjaga kesehatan. Aktivitas ini terbukti dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan kadar kolesterol baik, menjaga berat badan ideal, serta mengurangi stres.
Namun, siapa sangka, lari juga bisa menjadi ancaman tersembunyi bagi jantung jika dilakukan tanpa perhitungan.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Mayapada Hospital Tangerang, dr. Aron Husink, SpJP (K), FIHA, mengingatkan bahwa meski bermanfaat, olahraga lari tetap harus disesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing individu.
“Banyak orang yang langsung mengikuti program latihan atau event lari tanpa pemeriksaan jantung terlebih dahulu.
Akibatnya, tidak sedikit yang mengalami serangan jantung mendadak, bahkan berujung fatal,” ujar dr. Aron. DIkutip dari CNN Indonesia, Minggu 20 Juli 2025.
Menurutnya, olahraga berlebihan tanpa pemulihan cukup justru bisa memicu stres dan peradangan sistemik.
Ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner hingga serangan jantung, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, kebiasaan merokok, atau anggota keluarga dengan riwayat penyakit jantung di usia muda.
Dr. Aron menekankan pentingnya mengenali gejala yang menjadi sinyal bahaya saat berlari, seperti nyeri dada, sesak napas, detak jantung tidak teratur, pusing, hingga hampir pingsan.
“Jika gejala ini muncul, sebaiknya hentikan aktivitas lari dan segera lakukan pemeriksaan,” katanya.
Untuk menjaga keamanan saat berlari, khususnya bagi mereka yang berusia di atas 30-35 tahun, dr. Aron menyarankan pemeriksaan jantung sebelum memulai program latihan.
Pemeriksaan umum seperti elektrokardiogram (ECG) dan treadmill test mampu mendeteksi sumbatan dan serangan jantung dengan akurasi sekitar 70 persen. Bila diperlukan, pemeriksaan lanjutan seperti ekokardiografi (EKG) dapat dilakukan untuk menilai struktur dan fungsi jantung secara lebih detail.
Mayapada Hospital pun menyediakan layanan Chest Pain Unit yang beroperasi 24 jam di IGD untuk mendeteksi nyeri dada. Jika tidak ditemukan indikasi penyakit jantung, pasien tidak dikenakan biaya.
Namun, jika terindikasi mengalami gangguan jantung, pasien akan dirujuk ke Cardiovascular Center Mayapada Hospital yang ditangani dokter spesialis dan subspesialis jantung.
Layanan ini tersedia di Jakarta (Lebak Bulus dan Kuningan), Tangerang, Surabaya, dan Bandung. Dalam kondisi darurat seperti serangan jantung, masyarakat dapat menghubungi Cardiac Emergency Mayapada Hospital selama 24 jam melalui call center 150990 atau fitur Emergency Call di aplikasi MyCare. Protokol “Door to Balloon” dengan waktu kurang dari 90 menit pun telah diterapkan, didukung fasilitas Cath Lab dan tim intervensi jantung siaga setiap saat.
Tak hanya itu, aplikasi MyCare juga menghadirkan fitur Health Articles & Tips, serta Personal Health yang terhubung dengan Google Fit dan Health Access. Fitur ini dapat membantu pengguna memantau detak jantung, kalori, langkah kaki, hingga indeks massa tubuh (BMI).
Menariknya, pengguna bisa mendapatkan reward point yang dapat ditukarkan dengan potongan harga layanan Mayapada Hospital.
“Dengarkan sinyal tubuh Anda dan jangan abaikan kesehatan jantung sebelum, selama, dan setelah berolahraga,” pungkas dr. Aron. (*/Wahdi)