BONTANG – Kasus campak kembali ditemukan di beberapa kelurahan di Bontang.
Wakil Wali Kota Bontang, Agus Haris, langsung menggelar rapat bersama Ketua RT, petugas puskesmas, dan dinas terkait, Senin (6/10) malam.
“Campak bukan penyakit biasa,” tegas Agus Haris.
Dia menyebut, ada wilayah dengan cakupan imunisasi yang sangat rendah. Salah satunya Kelurahan Tanjung Laut dan Lebas Tengah.
“Kalau imunisasi tidak lengkap, penularannya cepat. Bahkan bisa berujung kematian,” ujarnya.
Agus meminta Dinas Kesehatan melaporkan data imunisasi secara rinci.
“Saya minta data konkret. Dari Januari sampai Oktober, berapa kali imunisasi dilakukan?” tanyanya kepada Kepala Dinas Kesehatan.
Dalam acara tersebut, Agus didampingi dr. Laksmi, dokter spesialis anak.
Dr. Laksmi menjelaskan bahwa satu penderita campak bisa menulari hingga 18 anak lain.
“Virus ini tidak ada obatnya. Hanya bisa dicegah lewat imunisasi,” katanya.
Dalam penyebutnya, gejala campak diawali demam tinggi, batuk, pilek, mata merah, dan ruam kulit.
“Kadang orang kira cuma kerumut biasa. Padahal bisa berbahaya,” jelasnya.
Dalam diskusi itu, Dinkes presentasikan data dari September 2025, cakupan imunisasi di Bontang masih rendah.
Hanya 38,26 persen, atau sekitar 1.212 anak yang sudah diimunisasi. Sementara target nasional adalah 95 persen.
“Angka ini harus kita kejar. Jangan sampai kita kecolongan,” tegas Agus Haris lagi.
Ia juga menyoroti penyebab rendahnya imunisasi bukan karena layanan yang kurang, tapi karena kesalahpahaman masyarakat soal vaksin.
“Masih banyak yang salah paham. Katanya haram, katanya tidak aman,” katanya.
Untuk itu, dirinya mengajak Dinkes untuk menggandeng MUI, Kemenag, dan tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi.
“Kami ingin masyarakat yakin. Imunisasi itu aman dan halal,” ujarnya.
Agus juga mengingatkan potensi Kejadian Luar Biasa (KLB) jika penanganan lambat.
“Dua kasus saja bisa jadi KLB. Penularannya cepat sekali,” tegasnya.
Dia menyebut, sudah ada 11 warga Bontang positif campak. Semua kini telah sembuh.
“Tapi bukan berarti masalah selesai. Bisa muncul lagi kalau kita lengah,” katanya lagi.
Selanjutnya juga, Dinkes harus menggelar koordinasi dengan sekolah-sekolah dan seluruh RT.
“Anak-anak paling rentan. Daya tahan tubuh mereka belum sekuat orang dewasa,” terang Agus.
“Yang penting sekarang, kita luruskan pemahaman, tingkatkan imunisasi, dan jaga anak-anak kita tetap sehat,” pungkasnya. (*/Red)