Cuitan Kaltim
  • Home
  • Kaltim
    • Balikpapan
    • Berau
    • Bontang
    • Kutai Barat
    • Kutai Kartanegara
    • Kutai Timur
    • Mahakam Ulu
    • Paser
    • Penajam Paser Utara
    • Samarinda
  • Advertorial
    • Pemerintahan
    • Umum
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Olahraga
    • UMKM
  • Visual
    • Opini
    • Video
  • Demokrasi
    • Dinamika
    • Hukum
    • Pemilu
    • Pilkada
    • Politik
  • More
    • Internasional
    • Kesehatan
    • Lifestyle
    • Nasional
    • Pendidikan
No Result
View All Result
Cuitan Kaltim
  • Home
  • Kaltim
    • Balikpapan
    • Berau
    • Bontang
    • Kutai Barat
    • Kutai Kartanegara
    • Kutai Timur
    • Mahakam Ulu
    • Paser
    • Penajam Paser Utara
    • Samarinda
  • Advertorial
    • Pemerintahan
    • Umum
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Olahraga
    • UMKM
  • Visual
    • Opini
    • Video
  • Demokrasi
    • Dinamika
    • Hukum
    • Pemilu
    • Pilkada
    • Politik
  • More
    • Internasional
    • Kesehatan
    • Lifestyle
    • Nasional
    • Pendidikan
No Result
View All Result
Cuitan Kaltim
Home Dinamika

Rektor dengan Tindakan Otoriter: Apa yang Terjadi di Dunia Kampus?

by Redaksi Cuitan Kaltim
Desember 30, 2024
in Dinamika, Pendidikan, Umum
0
Ilustrasi Rektor otoriter (Foto Ist)

Ilustrasi Rektor otoriter (Foto Ist)

22
SHARES
50
VIEWS
Share on Facebook

CUITANKALTIM.COM – Fenomena tindakan otoriter yang dilakukan oleh beberapa rektor di perguruan tinggi semakin mendapat perhatian. Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak kasus di mana rektor bertindak seolah-olah memiliki kekuasaan absolut di kampus, tanpa memberikan ruang bagi masukan dari dosen, mahasiswa, atau pihak terkait lainnya.

Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang bagaimana seharusnya kepemimpinan di dunia pendidikan tinggi dijalankan, terutama ketika prinsip-prinsip demokrasi dan keterbukaan dalam pengambilan keputusan semakin diabaikan.

Pada dasarnya, rektor sebagai pemimpin di sebuah perguruan tinggi seharusnya berperan sebagai fasilitator, bukan sebagai penguasa yang hanya mengandalkan keputusan sepihak.

Seorang rektor harus mampu membuka ruang dialog, memperhatikan kepentingan semua pihak yang terlibat, dan memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil didasari oleh musyawarah dan pertimbangan yang matang.

Kampus sebagai lembaga pendidikan tinggi, sejatinya merupakan tempat yang mengedepankan nilai-nilai kebebasan berpikir, pertukaran ide, serta kolaborasi antara berbagai elemen akademik.

Namun, apabila seorang rektor mulai bertindak layaknya seorang diktator yang mengabaikan proses demokratis, maka akan muncul masalah yang lebih besar di kemudian hari.

Sikap otoriter ini sering kali terwujud dalam keputusan-keputusan yang diambil secara sepihak, tanpa adanya konsultasi atau diskusi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam keputusan tersebut.

Misalnya, kebijakan-kebijakan yang ditetapkan tanpa mendengarkan aspirasi dari dosen atau mahasiswa, padahal mereka adalah pihak yang paling merasakan dampak dari kebijakan tersebut.

Keputusan yang diambil tanpa melibatkan mereka bisa menimbulkan perasaan tidak dihargai dan bahkan menciptakan ketidakpercayaan terhadap kepemimpinan rektor.

Kepercayaan ini sangat penting karena dalam lingkungan akademik, kolaborasi antara berbagai pihak sangat diperlukan untuk menciptakan atmosfer yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang berkualitas.

Selain itu, tindakan otoriter ini juga berpotensi menekan kebebasan berpendapat. Di lingkungan kampus yang seharusnya terbuka terhadap berbagai pandangan dan gagasan, tindakan seorang rektor yang bersikap otoriter justru bisa mengekang diskusi yang sehat dan mempersempit ruang bagi perbedaan pendapat.

Padahal, dalam dunia akademik, perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dan bahkan diperlukan untuk memicu perkembangan pemikiran yang lebih mendalam.

Jika seorang rektor memilih untuk mengabaikan masukan atau kritik dari civitas akademika, maka hal ini bisa mengarah pada terhambatnya inovasi dan kemajuan di lingkungan kampus.

Sikap otoriter juga sangat bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi yang seharusnya diterapkan dalam pengelolaan perguruan tinggi. Di kampus, proses pengambilan keputusan haruslah melalui musyawarah yang melibatkan semua pihak, termasuk mahasiswa, dosen, dan staf administrasi.

Demokrasi di kampus bukan hanya soal pemilihan rektor atau pejabat lainnya, tetapi juga tentang bagaimana kebijakan-kebijakan yang diambil bisa mencerminkan prinsip keadilan, keterbukaan, dan partisipasi.

Ketika prinsip-prinsip ini diabaikan, maka atmosfer kampus akan semakin terkekang, dan semangat untuk berinovasi serta berkarya pun bisa meredup.

Keputusan sepihak yang diambil oleh rektor juga dapat menimbulkan ketegangan di kalangan civitas akademika. Ketika rektor tidak membuka ruang untuk diskusi atau bertanya kepada pihak-pihak yang terkait, maka keputusan tersebut dapat dianggap sebagai tindakan yang otoriter dan tidak demokratis.

Ketegangan ini bukan hanya akan berujung pada perasaan frustrasi di kalangan mahasiswa dan dosen, tetapi juga bisa merusak keharmonisan yang seharusnya terjalin di antara seluruh elemen kampus. Hubungan yang sehat antara rektor dan civitas akademika sangat penting untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi pembelajaran dan penelitian.

Selain itu, dalam jangka panjang, kepemimpinan yang otoriter dapat mempengaruhi iklim akademik di kampus. Kampus yang sehat adalah tempat di mana berbagai ide dan pandangan dapat berkembang, di mana kebebasan untuk berpikir dan berekspresi dijunjung tinggi, dan di mana setiap orang merasa dihargai kontribusinya.

Namun, apabila rektor lebih cenderung untuk memaksakan kebijakan tanpa melibatkan semua pihak terkait, maka ini bisa menciptakan ketidakpuasan yang mendalam.

Dalam situasi seperti ini, mahasiswa dan dosen mungkin merasa bahwa mereka tidak punya suara dalam menentukan arah kebijakan kampus, yang pada akhirnya dapat mengurangi motivasi mereka untuk terlibat aktif dalam kehidupan akademik.

Penting untuk dicatat bahwa rektor memiliki tanggung jawab besar dalam memimpin perguruan tinggi. Mereka bukan hanya pemimpin administratif, tetapi juga simbol dari nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh perguruan tinggi itu sendiri.

Oleh karena itu, seorang rektor harus mampu menunjukkan sikap yang adil, bijaksana, dan terbuka terhadap semua masukan yang ada. Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu mengakomodasi berbagai perbedaan, bukan yang menekannya.

Reaktor yang bijaksana akan berusaha untuk membawa semua elemen kampus dalam satu tujuan bersama, yaitu menciptakan lingkungan akademik yang produktif, inklusif, dan mendukung perkembangan ilmu pengetahuan.

Pada akhirnya, fenomena rektor dengan tindakan otoriter ini mengingatkan kita tentang pentingnya prinsip-prinsip demokrasi dan keterbukaan dalam kehidupan kampus.

Sebagai lembaga pendidikan, kampus harus menjadi ruang yang bebas dari tekanan dan kontrol yang bersifat otoriter.

Hanya dengan cara inilah, dunia pendidikan tinggi dapat berkembang secara sehat, dan menciptakan lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kemampuan untuk berpikir kritis dan bertanggung jawab sebagai warga negara. (***)

Tags: OtoriterPendidikanRektor
Share9Send

Related Posts

Universitas milik konglomerat Indonesia

Kampus Para Taipan, Jejak Konglomerat Bangun Universitas Ternama di Indonesia

by Redaksi Cuitan Kaltim
Juli 20, 2025
0
72

JAKARTA - Sejumlah taipan papan atas Indonesia tercatat mendirikan universitas dengan visi dan misi serius untuk mencetak generasi unggul. Kampus-kampus...

Jurist Tan.(Ist)

Jadi tersangka, Jurist Tan Eks Stafsus Nadiem Masuk DPO

by Redaksi Cuitan Kaltim
Juli 16, 2025
0
86

JAKARTA - Hingga kini, Kejaksaan Agung belum melakukan penahanan terhadap Jurist Tan, Staf Khusus eks Mendikbudristek Nadiem Makarim, meskipun dirinya...

Penulis Deo Datus Feran Kacaribu ( Ketua GMNI Kutai Timur)

Kutai Timur Darurat Pendidikan: Ketika 13 Ribu Anak Tak Sekolah Dianggap Biasa

by Redaksi Cuitan Kaltim
Juli 8, 2025
0
181

OPINI - Bagaimana mungkin sebuah kabupaten yang gemar mengumandangkan keberhasilan pembangunan justru menjadi penyumbang tertinggi angka anak tidak sekolah di...

Next Post
Kondisi Menuju Lokasi Air Terjun Jantur Inar Berbahaya (Foto Ist)

Sangat Perihatin, Kondisi Menuju Lokasi Air Terjun Jantur Inar Berbahaya

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Tahanan di Lapas Bontang Meninggal, Diduga Akibat Penganiayaan (Ist)

Tragedi di Lapas Bontang: Tahanan Meninggal, Penganiayaan Diduga

Maret 11, 2025
Konfirensi pers orang tua korban di dampingi kuasa hukum (Ist)

Fakta Kematian Tahanan Lapas, Ini Keterangan Kuasa Hukum Korban

Maret 13, 2025
Ketua PHM Udin Mulyono saat ditemui awak media

PHM Laporkan Salah Satu RT di Bontang Terkait Dugaan Politik Uang

November 8, 2024
Ilustrasi panen padi

Kaltim Siap Jadi Lumbung Pangan Nasional, Garap 13.973 Hektare Lahan Rawa

Juni 14, 2025
Penguyuban Ikabido Bontang NTB Tampilkan Busana Rimpu di Bontang City Carnaval

Penguyuban Ikabido Bontang NTB, Tampilkan Busana Rimpu di Bontang City Carnaval

2
Belajar Menulis Feature dari Pramoedya Ananta Toer dan Mahbub Djunaidi (Penulis Wahdi)

Belajar Menulis Feature dari Pramoedya Ananta Toer dan Mahbub Djunaidi

2
Najirah saat ditemui wartawan

Kinerja Perumda AUJ dan PT LBB Tidak Maksimal, Ini Kata Najirah

1
Proyek Jalan di Semangko - Kersik dengan Anggaran Rp36 M dari APBD Provinsi Kaltim 2025 Dibongkar, Usai Viral Dugaan Campuran Air Asin

Proyek Jalan di Semangko – Kersik dengan Anggaran Rp36 M dari APBD Provinsi Kaltim 2025 Dibongkar, Usai Viral Dugaan Campuran Air Asin

1
Situasi Demo di Samarinda tepatnya Kantor DPRD Kaltim

Aliansi Mahasiswa Kaltim Gelar Aksi di DPRD, Tuntut 11 Poin Perubahan

September 1, 2025
Konferensi Pers keluarga ahli waris terkait sangketa tanah

Mediasi Sengketa Lahan di Bontang Barat Memanas, Warga Tuntut Keadilan

September 1, 2025
Kampung Agustusan Loktuan Selesai, 7 Lomba dan Kegiatan UMKM Ditutup

Kampung Agustusan Loktuan Sukses Digelar, Warga Rayakan HUT RI ke-80 dengan Meriah

September 1, 2025
Penulis: Arif Maldini (Ketua DPK KNPI Teluk Pandan)

Aspirasi Rakyat dan Pentingnya Ruang Dialog yang Lebih Terbuka

September 1, 2025

Popular News

  • Polda Kaltim amankan pelaku peredaran narkoba di Samarinda

    Ditresnarkoba Polda Kaltim Ungkap Peredaran Narkoba di Samarinda, Ini Sejumlah Barang Bukti

    95 shares
    Share 38 Tweet 24
  • Polres Kukar Ungkap Kronologis Dua Terduga Pelaku Pengedar Narkoba

    94 shares
    Share 38 Tweet 24
  • Kasus Guru Mengaji di Kutai Timur: 7 Anak Jadi Korban Dugaan Pelecehan Seksual, Baru 2 Melapor

    88 shares
    Share 35 Tweet 22
  • Pelaku Pengedar Narkoba di Kutim Dilimpahkan ke Kejari, Begini Harapan Kapolres

    51 shares
    Share 20 Tweet 13
  • 28 Pengurus Afkot Bontang Resmi Dilantik, Alfin Rausan Fikry Jabat Ketua

    49 shares
    Share 20 Tweet 12
Cuitan Kaltim

KALTIM

SAMARINDA
BALIKPAPAN
BONTANG
KUKAR
KUTIM
KUBAR
MAHULU
PASER
PPU
BERAU

 

ADVERTORIAL

PEMERINTAHAN
CORPORATE
UMUM

EKONOMI

BISNIS
FINANCIAL
UMKM

DEMOKRASI

POLITIK
HUKUM
PEMILU
PILKADA
DINAMIKA

MORE

INTERNASIONAL
NASIONAL
LIFESTYLE
KESEHATAN
PENDIDIKAN

VISUAL

VIDEO
INFOGRAFIK

INFO

TENTANG KAMI
REDAKSI
INFO IKLAN
PEDOMAN MEDIA SIBER
SOP PERLINDUNGAN WARTAWAN
KODE PERILAKU PERUSAHAAN PERS
PEDOMAN PEMBERITAAN RAMAH ANAK

© 2024, Cuitankaltim.com
Developed by Vision Web Development, Bontang

No Result
View All Result
  • Home
  • Kaltim
    • Balikpapan
    • Berau
    • Bontang
    • Kutai Barat
    • Kutai Kartanegara
    • Kutai Timur
    • Mahakam Ulu
    • Paser
    • Penajam Paser Utara
    • Samarinda
  • Advertorial
    • Pemerintahan
    • Umum
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Olahraga
    • UMKM
  • Visual
    • Opini
    • Video
  • Demokrasi
    • Dinamika
    • Hukum
    • Pemilu
    • Pilkada
    • Politik
  • More
    • Internasional
    • Kesehatan
    • Lifestyle
    • Nasional
    • Pendidikan

© 2024, Cuitankaltim.com
Developed by Visi Media Teknologi, Bontang