BONTANG – Rombongan Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bontang melakukan inspeksi mendadak (sidak) pada Jumaat (10/1/2025).
Kegiatan dengan tujuan meninjau perkembangan pembangunan Gedung SDN 002 di Jalan Pontianak 4, Kecamatan Bontang Barat yang bernilai Rp6 miliar tak kunjung rampung.
Meski begitu kontraktor mengklaim progres pengerjaan telah mencapai 92 %. Melihat kondisi lapangan, Ketua Komisi A DPRD Bontang Heri Keswanto tegas meminta bangunan dua lantai ini untuk segera diselesaikan.
Terlebih lagi, masa perpanjangan waktu atau addendum hanya tersisa 46 hari lagi. Secara kasat mata, masih banyak pekerjaan yang perlu dirampungkan.
“Strukturnya juga banyak harus segera diperbaiki, tidak rapi. Harus dikebut pengerjaanya, kami ingin ruang sekolah segera dapat dimanfaatkan,” tegasnya.
Keterlambatan pengerjaan ini, kata Heri tentu merugikan semua pihak. Dampaknya, kontraktor juga akan dikenakan sanksi denda.
Lebih lanjut, Heri menyoroti kinerja pengawas konsultan proyek. Ia berharap, konsultan dapat melaksanakan kinerja pengawasan dengan lebih maksimal.
“Seandainya belum dibayar (konsultan), saya mau tahan. Tapi karena sudah terbayarkan semuanya ya giman. Enggak mungkin juga kita mau tarik kembali, karena prosesnya panjang,” sesalnya.
Senada, Kepala Sekolah SDN 002 Bontang Barat Suhartini berharap bangunan sekolah tersebut dapat segera terselesaikan.
Meski sebenarnya sekolah ini sedikitnya membutuhkan 11 kelas belajar. Penyelesaian 8 kelas baru tersebut sangat dinanti-nanti untuk dapat difungsikan.
“Jumlah siswa kami 246. Pembelajaran terpisah di dua lokasi. Kelas 5 dan 6 belajar di ruang komputer, perpustakaan dan UKS. Sementara itu, yang lain numpang di sekolah lain,” tuturnya.
Dampak dari keterlambatan, pada tahun 2025 tidak dapat memodifikasi penambahan 3 atau 4 ruang, kekurangan kelas belajar.
Sementara itu, Setyo Broto Pratikno direktur CV Surya Jaya Konstruksi selaku kontraktor proyek mengaku masih optimis seluruh pekerjaan dapat dikerjakan sebelum batas waktu penambahan pada 25 Februari mendatang.
“Ini kita kerja maksimal, dua sift siang malam. 30 pekerja kita kerahkan, di sisi bangunan tinggal finishing,” ujarnya.
Setyo menyatakan, keterlambatan datangnya material tiang pancang menjadi kendala tersendiri. Sehingga pengerjaan yang harusnya dimulai pada bulan Juli baru dilaksanakan pada bulan September.
“Ya, efektif kami kerja 4 bulan. Batasnya 25 Desember, terus dapat penambahan waktu 50 hari kerja. Ini yang kami kejar,” ucapnya. (***)