BONTANG – PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) melatih puluhan guru SD di Kelurahan Loktuan, Bontang Utara, dalam keterampilan ecoprint sebagai media pembelajaran berbasis lingkungan.
Pelatihan ini merupakan bagian dari program Gelimang Buana (Gerakan Lindungi Mangrove Sebagai Budaya Jaga Alam dan Dunia), yang mengintegrasikan nilai keberlanjutan dalam dunia pendidikan.
“Pendidikan berbasis lingkungan tidak bisa hanya berhenti pada teori di kelas. Harus ada pengalaman nyata melalui metode kreatif,” ujar Pgs VP TJSL Pupuk Kaltim, Lendl Wibisana, saat dikonfirmasi, Selasa 7 Oktober 2025.
Ecoprint dipilih karena dinilai mampu menggabungkan unsur seni, kreativitas, dan pemanfaatan sumber daya alam yang ramah lingkungan.
Melalui teknik mencetak motif daun dan bunga pada kain, siswa diajak mengenali keanekaragaman hayati di sekitar mereka.
“Anak-anak bisa belajar langsung mengenali tanaman, memahami manfaatnya, sekaligus menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan,” jelasnya.

Gelimang Buana sebelumnya fokus pada edukasi mangrove bersama SDN 004 Bontang Utara, Kelompok Mangrove Telok Bangko, dan Yayasan Blue Forest.
Program ini menghasilkan modul pembelajaran teori dan praktik pengelolaan mangrove yang kini diterapkan secara berkelanjutan oleh sekolah.
Untuk memaksimalkan dampak program, para guru dibekali keterampilan ecoprint agar dapat mengembangkan media pembelajaran yang menarik dan mudah diterapkan di kelas.

“Dengan membekali guru, kami berharap nilai keberlanjutan bisa ditanamkan pada anak sejak dini melalui cara belajar yang menyenangkan,” tambahnya.
Sementara itu, Lurah Loktuan Supriadi menyambut positif inisiatif Pupuk Kaltim. Menurutnya, pelatihan ini sejalan dengan semangat kurikulum merdeka yang menekankan pembelajaran berbasis proyek dan pengalaman langsung.
“Ini contoh nyata bagaimana kolaborasi bisa melahirkan inovasi yang bermanfaat. Ecoprint adalah media kreatif yang menyenangkan dan mendidik,” ujar Supriadi.
Dia berharap program serupa terus diperluas dan menjadi bagian dari kolaborasi berkelanjutan antara perusahaan, sekolah, dan masyarakat.
“Dengan guru sebagai agen perubahan, semangat menjaga alam bisa masuk dalam metode belajar yang intensif. Ini penting agar generasi muda Bontang tumbuh dengan kepedulian lingkungan dan daya kreativitas tinggi,” tutupnya. (*/Red)