KUTIM – Di tengah laju zaman yang kian cepat dan terpaan arus digital, lantunan kisah penuh makna dari pendongeng Kampung Dongeng Sangatta menggema hangat di Ruang Meranti, Kantor Bupati Kutai Timur (Kutim), Senin (29/7/2025).
Lantunan kisah tentang kejujuran, keberanian, dan ketekunan bukan sekadar hiburan, melainkan upaya menanam nilai-nilai karakter sejak dini dalam diri anak-anak.
Kegiatan tersebut mengangkat tema Dongeng Ceria yang digelar untuk memperingati Hari Anak Nasional 2025. Kegiatan tersebut merupakan kolaborasi antar Dinas Kesehatan dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kutim bersama Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI).
Hadir dalam kegiatan ini Bunda PAUD Kutim Ny Hj Siti Robiah, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Irma Yuwinda, perwakilan DP3A Rita Winarni, guru-guru PAUD, dan ratusan anak serta orang tua murid.
Di tengah gelak tawa anak-anak yang terpesona oleh cerita, Siti Robiah menyampaikan harapan agar dongeng menjadi sarana menanamkan nilai moral dan karakter sejak usia dini.
“Semoga kegiatan ini membawa manfaat dan semangat bagi anak-anak. Ini bagian dari upaya membentuk karakter positif sejak awal kehidupan mereka,” ujar Siti Robiah.
Ia menegaskan bahwa proses pendampingan oleh guru PAUD bukan sekadar aktivitas rutin akan tetapi merupakan sebuah investasi masa depan bangsa.
“Kita harus sabar dalam mendampingi mereka. Jika tidak, bukan Indonesia Emas yang kita capai, tapi bisa jadi Indonesia cemas,” lanjutnya.
Ia mengajak semua pendidik PAUD untuk konsisten dan sabar dalam memberikan teladan dan mengajarkan nilai-nilai moral bagi anak-anak. Menurut penyelenggara dongeng tidak hanya sebagai hiburan, akan tetapi merupakan alat pendidikan paling purba dan paling manjur.
Cerita yang disampaikan dengan nada suara yang hangat dan tokoh-tokoh yang relatable membuka ruang empati, memperkaya kosa kata, dan melatih kemampuan berpikir logis anak-anak. Dari konflik sederhana dalam cerita, anak belajar menyelesaikan masalah, memahami emosi, dan mengambil pelajaran hidup.
“Dongeng bukan hanya menyenangkan dan menghibur, tapi juga sarat edukasi,” jelas Rita Winarni dari DP3A.
Lebih lanjut ia sampaikan bahwa melalui dongeng, anak belajar fokus, menyimak, dan membangun kedekatan emosional dengan orang tua atau guru sebagai pendongeng.
Ia percaya, untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan kemauan belajar anak maka ekosistem pendidikan usia dini harus menyenangkan dan bermakna sehingga menjadi fondasi lahirnya generasi cerdas dan berkarakter. Dengan demikian anak anak akan tumbuh dengan rasa aman dan nyaman melalui kegiatan mendongeng.
Menuju Indonesia Emas 2025, dongeng Ceria hari itu bukan sekadar perayaan Hari Anak. Ia adalah ruang kecil tempat nilai besar ditanam. Di dalamnya ada harapan, bahwa dari setiap cerita yang dilantunkan, akan tumbuh generasi baru, anak-anak yang tak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga kuat secara karakter.(*/T)